Kamis, 30 November 2023

Siswa Pesantren Jadi Korban Bully Senior, Kemaluan Ditendang hingga Bengkak

 

Jambi, mataperistiwa.com – Seorang siswa SMP pesantren di Jambi berinisial AP (12) diduga menjadi korban perundungan (bullying) seniornya. AP menerima kekerasan di kemaluannya hingga mengakibatkan testisnya bengkak.


Aksi dugaan perundungan itu terjadi di pondok pesantren yang berlokasi di Kelurahan Wijaya Pura, Kota Jambi, pada Jumat (24/11/2023). Widi Setiawan, ayah dari AP (12) mengatakan bahwa aksi perundungan itu dilakukan oleh dua orang seniornya yang sudah lulus SMA.
"Pelakunya ini seniornya sudah lulus SMA. Masih tinggal di sana," katanya, Kamis (30/11/2023).

Widi menceritakan aksi perundungan itu dilakukan dengan menendang kemaluan putranya. Satu orang senior memegang kedua tangan anaknya dan menyekap mulut, dan satu lagi menggesek-gesek kemaluan anaknya menggunakan kaki.

"Jadi mulut anak saya dibekap, tangan anak saya dipegang. Pelakunya kan dua orang. Kaki anak saya dipegang kuat kemudian kaki pelaku menendang kemaluan anak saya," ujarnya.

Selain menendang kemaluan, kata Widi, kedua senior AP juga menendang perut putranya. Akibat kejadian itu, AP mengalami nyeri dan pembengkakan di bagian kemaluan dan testis disebut bergeser. Selain itu, korban juga mengalami lebam di area selangkangan.

"Untuk luka, luka lebam di paha kanan dan kiri. Testis kemaluannya bengkak. Kemudian di perut juga," jelasnya.

Widi mengungkapkan bahwa anaknya sudah sering mendapatkan tindakan perundungan. Bahkan dari pengakuan anaknya, perundungan itu sudah terjadi empat kali.

Pada September 2023, anaknya mengeluhkan sakit di bahunya. Rupanya kesakitan yang dirasakan anaknya itu akibat saraf yang terjepit akibat perundungan oleh seniornya yang lain.

"Pertama terjadi itu terjadi pada September di asrama putra. Anak saya didorong di pintu masuk. Hari berikutnya, anak saya dijepit dan didorong ke lemari besi sampai urat saraf belakangnya ini kejepit dan bahu belakangnya bengkak," jelasnya.

Widi pun kecewa dengan pihak pesantren yang tidak cepat tanggap dari kejadian ini. Bahkan, kata Widi, pihak pesantren pernah menyampaikan kepada muridnya agar tidak menceritakan hal buruk di pesantren. Hal itulah yang diduga membuat korban awalnya tak mau bercerita banyak kepada orang tuanya.

"Sudah sering tapi dari pihak pondok selalu memesan kepada muridnya kalau menceritakan kepada orang tua yang bagus-bagus saja yang jelek tidak usah," ujarnya.

Saat ini, AP anak Widi masih dirawat di RSUD Raden Mattaher Jambi. Sementara itu, pihak pesantren diketahui sudah menjenguk korban. (red.IY)

0 komentar:

Posting Komentar