Senin, 22 Juli 2024

Ironi RI Ekspor Mobil Bioetanol, di Dalam Negeri BBM-nya Malah Belum Siap

  


Jakarta,mataperistiwa.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan Indonesia sudah siap dengan transisi energi terbarukan, salah satunya teknologi BBM bioetanol. Tapi di saat pabrikan sudah memproduksi mesin kendaraan yang bisa menenggak bioethanol, di dalam negeri BBM-nya malah belum siap

"Kita itu sebenarnya pionir untuk masuk ke etanol, jadi kendaraan-kendaraan yang di Amerika Latin, yang flexy engine untuk etanol itu, tahun 1996 diproduksi di Sunter," ujar Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Putu Juli Ardika saat Forum Editor Otomotif di ICE BSD City, Tangerang, Senin (22/7/2024).

Untuk bahan bakar terbarukan, di Indonesia saat ini ada biodiesel B30 yang mencampurkan 35% bahan bakar nabati. Program biodiesel 35 ini sudah berlangsung sejak tahun lalu. Sedangkan kendaraan di Indonesia didominasi berbahan bakar bensin.

Di sisi lain, Indonesia dituntut bisa memproduksi bioetanol dalam rangka mengurangi impor BBM. Padahal teknologi otomotif Indonesia sudah siap menyambut bioetanol.

Dalam catatan , sejak 2010 lalu TMMIN telah dipercaya oleh prinsipal untuk mengisi pasar mesin berbahan bakar ethanol untuk pasar Amerika Latin, yakni Argentina dan Brazil. Salah satu mesinnya yakni tipe 2TR-FFV berkapasitas 2.694 cc dan digunakan untuk mobil Toyota Hilux.

"(Mobil bioethanol) Diekspor ke Amerika Latin karena kita tidak kunjung datang etanolnya," kata Putu.

"Kita di 2018-2019, kita sudah siap untuk mengadopsi E10 untuk kendaraan roda empat di 2018-2019," jelas Putu.

"Untuk sepeda motor sudah siap sebenarnya E20," ungkap Putu.

Putu juga menyampaikan komitmen Indonesia dalam penurunan emisi karbon. Disebutnya, Indonesia perlu pendekatan pada multiple pathways approach dalam mengurangi emisi, yang mencakup promosi kendaraan elektrifikasi (EV), termasuk Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-In Hybrid Electric Vehicle (PHEV), dan Battery Electric Vehicle (BEV) serta Fuel-Cell.

Kemudian ada pengembangan kendaraan flexible-fuel yang adaptif menggunakan bahan bakar nabati/BBN (biofuel) ataupun gas, serta peningkatan efisiensi bahan bakar.

"Range extended itu kita dorong karena itu paling memungkinkan untuk pindah dari gasoline ke biodiesel. Nanti Fuel cell sudah kita bisa kembangkan tinggal ganti flexy engine range extendednya saja pakai fuel cell generatornya," ungkap dia.

"Itu sudah nanti sebagai suatu transisi yang sangat bagus, kita ke arah mengakuisisi ke teknologi," kata dia.(Red.Ra)

0 komentar:

Posting Komentar