Sampang, mataperistiwa.com - Kapolres Sampang AKBP Hendro Sukmono mendatangi kediaman Supradani (80), pensiunan guru di Sampang yang kini tinggal di puing rumahnya yang ambruk.
Nenek Dani, sapaan akrabnya, diketahui tinggal di Jalan Agus Salim, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Kota Sampang. Hendro didampingi Kapolsek Kota Sampang dan Kasat Lantas meninjau lokasi dan memberikan bantuan."Kami baru mendapat informasi bahwa ada seorang nenek tinggal di gubuk kumuh dan tidak layak ditempati, sehingga perlu ada bantuan uluran tangan dari kita semua," kata AKBP Hendro usai melihat dan berdialog dengan nenek Dani di lokasi, Jumat (2/8/2024).
Hendro mengaku turut prihatin dengan kondisi mantan guru yang berjasa mendidik generasi bangsa. Ia berharap, masyarakat lainnya ikut tergerak untuk membantu Nenek Dani.
"Sesuai kemampuan kami bantu, saya minta anggota yang bertugas di sini untuk aktif memantau ibu (Dani) ini karena kondisinya sudah tua dan sendirian," imbuh Hendro.
"Semoga semua pihak bisa membantunya," tambahnya.
Sementara itu, Lurah Banyuanyar Mohhammad Ajir membenarkan bahwa Nenek Dani sudah lama tinggal di rumah bersejarah itu. Perekonomiannya terpuruk lantaran sering dimanfaatkan orang untuk pinjam uang, sehingga gajinya habis terpotong tunggakan utang.
"Ibu Dani ini PNS, jadi memang tidak terdata sebagai penerima bantuan. Dengan kebijakan kami masih mengupayakan di luar bantuan resmi itu," kata Ajir.
Meski bangunan tersebut bersejarah, pihak kelurahan tidak biasa berbuat banyak. Sebab, rumah tersebut merupakan hak milik keluarga. Sehingga, pihak pemerintah kesulitan untuk melakukan pemugaran ataupun renovasi saat ambruk.
"Ceritanya memang ibu itu masih keluarga Pak Halim Perdana Kusuma (Pahlawan Nasional) yang lahir di Sampang, ya lahir dan besar di rumah itu. Sayangnya rumah itu tidak dirawat, pemerintah tidak bisa intervensi karena milik pribadi," tandasnya.
Sebelumnya, kondisi memprihatinkan dialami Supradani (80), seorang pensiunan guru tinggal di rumah tidak layak huni di Kelurahan Banyuanyar, Sampang. Memasuki masa tuanya, ia harus berjuang seorang diri tanpa suami dan anak.
Nenek yang merupakan pensiunan guru salah satu SD di Camplong, Sampang itu terpaksa tinggal di rumah itu karena tidak punya tempat lain. Dia tidak mampu memperbaiki rumahnya karena gajinya habis, sehingga terpaksa mengumpulkan dan menjual barang rongsokan untuk bertahan hidup.
"Mau tinggal di mana lagi, orang ini rumah satu-satunya peninggalan orang tua saya. Cuma saya tak bisa merehab soalnya gaji saya habis," kata Supradani ditemui di rumahnya, di Jalan Agus Salim, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Kota Sampang, Kamis (1/8/2024).
Gaji pensiunnya habis terpotong untuk membayar utang di sejumlah koperasi saat dirinya masih berdinas. Dia mengaku beberapa pinjaman koperasi itu bukan untuk dirinya, tapi untuk membantu orang lain.
"Saya nggak tahu dulu itu apa karena saya yang bodoh sehingga sering ditipu. Tapi yang jelas niat saya hanya mau bantu mereka walau pun belakangan yang saya bantu menghilang dan tidak bayar," kata nenek yang akrab disapa Dani itu.
Padahal, Nenek Dani sendiri yang pensiun sebagai guru 20 tahun silam mengaku bahwa dirinya juga pernah memimpin salah satu sekolah di Sampang, sebagai kepala sekolah.
"Saya pernah mengajar di Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Camplong dan pernah menjadi kepala sekolah juga di sana," katanya.
Sejak atap rumahnya ambruk, dia hanya bisa pasrah menempati ruang tamu yang masih kokoh berdiri. Sebagian besar genting rumah itu sudah tidak ada lagi dan hanya tertutup terpal.
"Sejatinya rumah yang saya tinggali ini kondisinya bagus karena peninggalan kakek buyut saya. Pak Halim Perdana Kusuma (pahlawan nasional) itu saudaranya. Lahir dan masa kecilnya juga di sini," kata Nenek Dani.
"Cuma karena tak ada biaya, bertahun-tahun tidak pernah direnovasi sampai sekarang akhirnya ambruk," katanya.
(Tim. I)
0 komentar:
Posting Komentar