⁹Pandeglang,-Dalam semarak peringatan Dies Natalis ke-24 Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA) Banten, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 17 Sinarjaya menorehkan catatan penting dalam sejarah pemberdayaan desa melalui Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Desa Cerdas Data Berdaya”. Acara yang berlangsung di Aula SMPN 2 Cigeulis, Desa Sinarjaya, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, menjadi ruang kolaborasi intelektual yang memadukan keseriusan akademik dengan pendekatan santai dan inklusif, mengusung misi membangun desa yang tepat sasaran, berkelanjutan, dan berbasis digitalisasi serta riset.
FGD ini bukan sekadar ajang diskusi formal. Warga desa, pelaku usaha, tokoh masyarakat, dan akademisi duduk bersama, berbagi gagasan, dan merancang strategi pembangunan cerdas yang nyata untuk masa depan Desa Sinarjaya. Dari aroma kopi lokal yang menyapa hingga tawa ringan yang mengiringi obrolan, suasana santai menjadi medium lahirnya ide-ide besar.
*Ngobrol Santai, Dampak Nyata*
FGD ini menghadirkan pelaku UMKM, petani, pengrajin, ibu rumah tangga, dan pemuda desa, semua berperan aktif dalam membahas tantangan dan peluang lokal. Tujuannya jelas: merumuskan strategi pembangunan desa berbasis data yang sekaligus memanfaatkan kekuatan digital untuk memperkuat ekonomi kreatif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“FGD ini menjadi jembatan antara potensi lokal dan peluang digital. Desa Sinarjaya memiliki kekayaan mulai dari produk pertanian hingga kerajinan tangan. Dengan data yang tepat dan strategi digital, UMKM di sini bisa bersaing di pasar yang lebih luas,” ujar koordinator KKN Kelompok 17 dengan antusiasme yang menular.
*Ir. Hj. Virgojanti, M.Si: Desa Cerdas dan Data Berdaya*
Sebagai narasumber, Kepala DPMPTSP Provinsi Banten, Ir. Hj. Virgojanti, M.Si, menekankan urgensi data dalam pembangunan desa. “Desa yang mampu mengumpulkan, mengelola, dan memanfaatkan data akan memiliki fondasi perencanaan pembangunan yang kuat. Data menjadi alat strategis untuk pengambilan keputusan yang tepat sasaran,” kata Ir. Virgo dengan tegas.
Menurutnya, desa mandiri memerlukan penguatan kapasitas aparatur dan masyarakat agar mampu menggunakan data dalam berbagai aspek pembangunan. “Dengan pemanfaatan teknologi dan sistem informasi desa, monitoring dan evaluasi pembangunan menjadi lebih akurat dan transparan. Warga desa pun dilibatkan dalam pengumpulan dan analisis data, sehingga kolaborasi antara pemerintah desa, masyarakat, dan pihak eksternal dapat mendorong keberlanjutan pembangunan,” lanjutnya.
Ir. Virgo juga menekankan pentingnya perencanaan berbasis bukti (evidence-based planning). “Prioritas pembangunan harus berdasarkan kebutuhan nyata warga, bukan asumsi. Desa yang mandiri dan berdaya saing mampu memetakan potensi dan kebutuhan sendiri, serta siap menghadapi tantangan ekonomi dan sosial,” ujarnya.
*Kolaborasi dan Inovasi: Pilar Masa Depan Desa.
FGD ini menampilkan narasumber kompeten yang memaparkan pentingnya riset berbasis data untuk mengidentifikasi potensi desa, mulai dari produk unggulan hingga kebutuhan pasar. Digitalisasi dijelaskan sebagai alat strategis memperluas jangkauan pemasaran, seperti yang telah dibuktikan pelaku usaha lokal dengan memasarkan produk melalui platform digital sederhana.
Mahasiswa KKN Kelompok 17 berperan sebagai jembatan akselerasi antara potensi lokal dan dunia digital. Mereka memfasilitasi sesi tanya jawab interaktif, menyerap kendala, harapan, dan ide peserta. “Keberhasilan sebuah diskusi terletak pada keterlibatan peserta. Kami ingin warga Sinarjaya merasa didengar dan diberdayakan. Dari sini, diharapkan lahir solusi konkret, seperti pelatihan digital marketing atau pendampingan legalitas usaha,” ungkap salah satu anggota KKN.
*Menuju Desa yang Tangguh dan Berkelanjutan*
FGD “Desa Cerdas Data Berdaya” bukan sekadar acara sesaat, melainkan langkah awal menuju pembangunan desa yang lebih cerdas, berdaya, dan berkelanjutan. Kepala Desa Sinarjaya, Bapak Jajat, menekankan, “Kegiatan seperti ini sangat penting agar usaha warga kita bisa dikenal lebih luas.”
Dengan pendekatan santai namun terarah, FGD ini diharapkan memicu gelombang perubahan: dari usaha kecil yang berjuang di tengah keterbatasan, menuju UMKM yang berdaya saing di era ekonomi kreatif dan digital. Bagi warga Sinarjaya, ini adalah undangan untuk berinovasi, bermimpi besar, dan membangun desa yang tangguh berbasis data dan kolaborasi. // Red







